Rabu, 20 Maret 2013

CIRI KELUARGA YANG SAKINAH

Bayangkanlah betapa bahagianya sebuah keluarga jika bisa menjalani hari²nya seperti berikut ini:
Ketika memasuki waktu Subuh jika sang isteri bangun duluan. Maka ia membangunkan suaminya untuk melaksanakan shalat Subuh.
Ketika memasuki waktu Subuh jika sang suami bangun duluan. Maka ia membangunkan isterinya untuk melaksanakan shalat Subuh.
Ketika sang suami pergi shalat Subuh berjemaah di Masjid. Maka sang isteri shalat Subuh di rumah.
Ketika sang isteri tengah sibuk masak buat sarapan pagi. Makaa sang suami menemani si buah hati dengan penuh kasih sayangnya.
Sesaat sebelum sang suami berangkat bekerja. Maka sang isteri telah mempersiapkan sarapan pagi untuk suaminya.
Ketika sang suami sedang menikmati sarapan pagi. Maka serta merta sang isteri selalu menemani dengan setianya.
Ketika sang suami tengah memakai baju kerjanya. Dengan senang hati sang isteri membantu memasangkan kancing bajunya.
Ketika sang suami hendak pamit berangkat bekerja. Maka tak sungkan sang isteri mengambil tangan suaminya seraya menciuminya.
Ketika sang isteri mencium tangan suaminya. Maka tak lupa sang suami mencium kening isterinya.
Ketika sang suami keluar rumah hendak berangkat. Maka sang isteri mengiringi langkah suaminya sampai halaman rumah.
Dan Ketika sang suami telah berangkat kerja. Maka sang isteri selalu mendoakan agar dilancarkan rezekinya.
Wallahu A'lam.

Selasa, 19 Maret 2013

DI MANAKAH DOSA-DOSA KITA DILETAKKAN ALLAH SWT SAAT KITA SHALAT?

Rasulullah SAW bersabda:
إن العبد إذا قام يصلي أتي بذنوبه فوضعت على رأسه أو عاتقه فكلما ركع أو سجد تساقطت عنه.
Artinya: “Sesungguhnya jika seorang hamba sedang shalat, ia datang membawa dosa-dosanya dan Allah SWT letakkan dosa-dosanya itu di atas kepala atau pundaknya. Maka setiap ia ruku' atau sujud dosa-dosa itu jatuh berguguran”.
(HR. Ibnu Hibban dinyatakan shahih oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth, Kanzul Ummal 7/287).
Wallahu A'lam.

JAUHILAH DUKUN DAN PERAMAL

Sahabat bertanya tentang para dukun, maka Rasulullah SAW menjawab, "Mereka bukanlah apa-apa (tidak berarti sedikitpun)". Lalu para sahabat berkata : "Wahai Rasulullah saw sesungguhnya mereka terkadang berbicara sesuatu dan ternyata benar-benar terjadi?" Maka Rosulullah SAW bersabda, "Kebenaran itu adalah sesuatu yang dicuri oleh satu jin, lalu ia lontarkan pada telinga kekasihnya (dari manusia), dan mereka pun mencampurinya dengan seratus kebohongan." (HR. Bukhari-Muslim).
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa mendatangi peramal, lalu ia bertanya sesuatu kepadanya dan mempercayainya, maka tidak akan diterima shalatnya selama 40 hari." (HR. Muslim).
Wallahu A’lam.

KEUTAMAAN HAMDALAH

Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW. bersabda : “Allah SWT tidak memberi suatu nikmat kepada seorang hamba, kemudian ia mengucapkan Alhamdulillah, kecuali Allah SWT menilai ia telah mensyukuri nikmat itu. Apabila dia mengucapkan Alhamdulillah yang kedua, maka Allah SWT akan memberinya pahala yang baru lagi. Apabila dia mengucapkan Alhamdulillah untuk yang ketiga kalinya, maka Allah SWT mengampuni dosa²nya!” (HR. Hakim dan Baihaqi).
Dari Ibnu Umar ra., Rasulullah SAW bersabda : “Perbanyaklah kalian membaca Alhamdulillah, karena sesungguhnya bacaan Alhamdulillah itu mempunyai mata dan sayap yang selalu mendoakan didalam surga dan memohonkan ampunan bagi yang membacanya sampai hari kiamat...!!!” (HR. Dailami).
Dari Anas ra., Rasulullah SAW bersabda : “Andai kata seisi dunia ini dikuasai oleh seorang laki² dari umbult, jenuham dia mengucapkan Alhamdulillah, maka ucapan Alhamdulillah lebih utama dari pada dunia dan seluruh isinya itu!”.
Didalam Hadits Lain : “Barang siapa mengucapkan Subhanallah, maka baginya sepuluh kebaikan, barang siapa mengucapkan La Ilaha Illallah, maka baginya ditulis duapuluh kebaikan, dan barang siapa mengucapkan Alhamdulillah, maka baginya dituliskan tiga puluh kebaikan!” (HR. Ibnu Asakir).
Dan dari Abu Umamah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : “Allah SWT tidak memberikan nikmat kepada seorang hamba, kemudian ia memuji Allah SWT atas nikmat-Nya, kecuali pujiannya itu lebih utama dari nikmat itu, meskipun kenikmatan itu besar!” (HR. Tabrani).
Wallahu A'lam.

TUJUH DAHAN POHON SEBAGAI PERBANDINGAN HATI ORANG YANG BERIMAN



Dari Abu Bakar Ar Raazi, bahwa dia berkata: "Iman di dalam hati orang yang beriman itu seperti pohon yang mempunyai tujuh dahan.
1.      Dahan yang berpangkal di dalam hati dan buahnya adalah kemauan yang sehat.
2.      Dahan yang berpangkal di lisan dan buahnya ialah kata-kata yang benar.
3.      Dahan yang berpangkal di kedua kaki dan buahnya ialah suka mendatangi shalat berjamaah.
4.      Dahan yang berpangkal di kedua tangannya dan buahnya ialah suka memberikan sedekah.
5.      Dahan yang berpangkal di kedua matanya dan buahnya ialah melihat kepada tetesan air mata, sebagai teladan.
6.      Dahan yang berpangkal pada perutnya dan buahnya ialah makan yang halal dan meninggalkan yang syubhat.
7.      Dahan yang berpangkal pada jiwanya dan buahnya ialah meninggalkan nafsu syahwat.
Wallahu A'lam.

LIMA PERKARA BAWA WANITA KE SURGA

Perkara yang membawa seseorang wanita kepada keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Antaranya, hendaklah melaksanakan kewajipan agama.
Dalam sebuah hadits riwayat Al-Bazaar, Rasulullah SAW bersabda (yang bermaksud): Jika seseorang wanita shalat lima waktu, berpuasa pada Ramadan dan taat kepada suaminya, nescaya ia akan masuk surga.
Kedua, hendaklah mentaati suami. Hal ini disebut dalam banyak hadis, antaranya hadits riwayat At-Tabarani, daripada Abdullah bin Salam bahawa Rasulullah SAW bersabda (yang bermaksud): Sebaik-baik wanita adalah wanita yang menyenangkanmu jika kamu melihatnya, mentaatimu jika kau menyuruhnya dan dapat menjaga dirinya dan hartamu ketika engkau tidak bersamanya.
Ketiga, selalu mengingati Allah. Dalam sebuah hadis riwayat At-Tirmidzi, bahwa Rasulullah SAW bersabda (yang bermaksud): Hendaklah kamu (para wanita) memperbanyak membaca tasbih, tahlil, taqdis dan hitunglah dengan ruas jari-jari karena sesungguhnya mereka akan ditanya dan akan dijadikannya boleh berbicara. Janganlah kamu lalai sehingga melupakan rahmat Allah.
Keempat, shalat malam. Dalam hadits riwayat Abu Daud daripada Abu Hurairah r.a dan Abu Said r.a bahawa Rasulullah SAW bersabda (yang bermaksud): Sesiapa yang bangun tengah malam, kemudian membangunkan isterinya, lalu mereka melakukan shalat berjemaah dua rakaat, maka mereka akan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang banyak mengingati Allah.
Kelima, berbuat baik dan banyak bersedekah. Dalam sebuah hadits riwayat Ahmad dan Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda, (yang bermaksud): Wahai semua wanita, bersedekahlah walaupun dari perhiasan kamu sekalian. Sesungguhnya kamu kelak paling banyak menjadi penghuni neraka.
Wallahu A’lam.

HUKUM NIKAH DENGAN JIN

Di atas pentas ilmiah barang kali kita sudah biasa mendengar istilah kawin lintas agama berikut urgensitas hukum-hukumnya. Namun bagaimanakah urgensitas hukum kawin lintas alam, yakni kedua pasangan bukan dari alam yang sama, seperti seorang pemuda dari bangsa manusia menyunting gadis dari bangsa jin atau sebaliknya?
Dalam literatur klasik (fiqh), wacana perkawinan lintas alam ini masih menjadi perdebatan antar ulama. Akan tetapi, perdebatan ini hanya meruang seputar masalah apakah sama-sama jenis manusia, menjadi klausul (syarat) dalam keabsahan nikah. Menurut Imad bin Yûnus yang didukung oleh Ibn Abdissalam, pernikahan manusia dengan jin hukumnya haram dan tidak sah karena berbeda jenis makhluk. Pendapat ini didasarkan pada firman Allah:
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا
"Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu." (An-Nahl: 72)
Dalam ayat ini Allah telah menjadikan pasangan manusia dari bangsa manusia sendiri agar manusia bisa sempurna merasakan kedamaian bersama pasangannya. Apabila pasangan bukan dari bangsa sendiri, niscaya kedamaian itu tidak akan dirasakan manusia. Versi ini juga menyitir sebuah hadits Rasulullah saw. yang melarang nikah dengan bangsa jin; "Rasûlullah saw. melarang menikahi jin."
Sedangkan menurut Al-Qomuly, pernikahan manusia dengan jin hukumnya sah namun makruh, dan qaul inilah yang dinilai mu'tamad oleh Ar-Ramly. Versi ini mengatakan bahwa pernikahan lintas alam juga menjanjikan kedamaian kendati tidak optimal, dan larangan dalam hadits tersebut bukan bermakna haram melainkan sekedar makruh. Versi ini juga diperkuat dengan fakta bahwa bangsa jin juga terdiri dari jenis laki-laki dan perempuan layaknya bangsa manusia, bahkan jin juga disebut oleh Nabi sebagai "ikhwanuna" (kawan kita).
Dan juga diperkuat lagi oleh sejarah perkawinan nabi Sulaimân dengan Bilqis yang merupakan anak dari pasangan jin dan manusia. Tak menutup kemungkinan dari ulama selain yang disebut di atas memiliki pendapat yang berbeda.
Wallahu a'lam.

Pasang Kode Iklan sobat yg berukuran 120 x 600 disini!!!